Powered By Blogger

Archive for November 2014

Proses Daur Ulang Oli Bekas dengan Sistem Modifikasi Proses Pyrolisis

Oli bekas adalah limbah yang mengandung logam berat dari bensin atau mesin bermotor. Apabila logam berat tersebut masuk kedalam tubuh kita dan terakumulasi, maka akan mengakibatkan kerusakan ginjal, syaraf, dan penyakit kanker.

            Berdasarkan kriteria, oli bekas termasuk kategori limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Limbah B3 adalah limbah yang sangat berbahaya, karena bersifat korosif, mudah terbakar, mudah meledak, reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, iritan, mutagenic, dan radioaktif.

            Walaupun peraturan pemerintah tentang pengelolaan daur ulang oli bekas sudah ada, akan tetapi peraturan tersebut hanya diterapkan di sektor industri dan pabrik, padahal pencemaran limbah oli bekas tidak hanya di pabrik saja, akan tetapi dapat kita temui di limbah-limbah rumah tangga, Dan biasanya limbah-limbah rumah tangga tersebut tidak dikelola dengan baik dan dibuang di lingkungan sekitar kita. Dari situlah limbah B3 menyebar luas, karena limbah B3 dapat menyebar melalui tanah, air ,udara, serta Rantai makanan. Dan Limbah tersebut dapat masuk ketubuh kita melalui kulit, pernafasan, pencernaan, dan saluran tubuh lainnya.

            Kembali ke Limbah Oli bekas, sejalan dengan perkembangan jaman volume oli bekas terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan mesin-mesin bermotor. Didaerah desa sekalipun, sudah bisa kita temukan bengkel-bengkel kecil, yang salah satu limbahnya adalah oli bekas dan bengkel tersebut biasanya juga membuang oli bekas di lingkungan sekitar (sembarangan). Dengan kata lain, penyebaran oli bekas sudah sangat luas dari kota besar sampai ke wilayah pedesaan di seluruh Indonesia. Seharusnya kegiatan yang menghasikan banyak oli bekas harus banyak dikurangi.

Saat ini, peneliti dari Universitas Cambridge mengumumkan bahwa dengan menggunakan gelombang microwave, limbah oli bekas tersebut dapat diubah menjadi bahan bakar kendaraan. Para ilmuwan telah menggunakan proses yang disebut pyrolysis untuk mendaur ulang oli dengan metode berbeda.

Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan dengan sedikit oksigen atau reagen lainnya dimana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah kasus khusus termolisis. Pirolisis ekstrim yang hanya meninggalkan karbon sebagai residu disebut karbonisasi.

Perlu diketahui bahwa Pyrolysis berbeda dengan gasifikasi dan pembakaran. Ketiganya dibedakan berdasarkan kebutuhan udara yang diperlukan selama proses.

1.     Jika jumlah udara/bahan bakar (AFR , air fuel ratio) sama dengan 0, maka proses disebut pyrolysis.

2.     Jika AFR yangdiperlukan selama proses kurang dari 1.5, maka proses disebut gasifikasi.

3.     Jika AFR yang perlukan selama proses lebih dari 1.5, maka proses disebut pembakaran

Cgas yang memiliki nilai kalor yang berguna. Pengertian ini tidak memasukkan istilah pembakaran (combustion) sebagai bagian daripadanya, karena gas buang (flue gas)yang dihasilkan dari pembakaran tidak memiliki nilai kalor yang signifikan untuk dimanfaatkan [Higman, van der Burgt, 2003].

Pada proses pyrolysis minyak yang dipanaskan pada suhu tinggi dalam ketidakadaan oksigen menyebabkan oli terpecah menjadi beberapa campuran gas, cairan, dan meterial padat. Gas-gas dan cairan dapat diubah menjadi bahan bakar. Ilmuwan di Cambrige menyatakan bahwa proses pyrolysis tradisional tidak dapat memanaskan oli secara merata sehingga proses perubahan menjadi bahan bakar sangat sulit dan tidak praktis.

Untuk mengatasi hal itu para ilmuwan tersebut menambah material penyerap gelombang microwave dalam sampel limbah oli sebelum melakukan proses pyrolysis yang kali ini memanfaatkan gelombang microwave.

Penambahan material tersebut ternyata membuat limbah oli menjadi panas secara merata yang membuat hampir 90% limbah oli dengan mudah diubah ke dalam sebuah campuran bensin dan solar konvensional.

Pimpinan penelitian Howard Chase, seorang profesor biochemical engineering, meyakini bahwa proses pyrolysis unik yang mereka lakukan menunjukkan potensi besar untuk dapat ditingkatkan dalam skala komersial.


Hasil penelitian ini dipresentasikan di acara National Meeting & Exposition of the American Chemical Society yang ke-241 yang digelar di Anheim, California, AS.


http://ozoedo.blogspot.com/

Penanganan Limbah Padat

Sampah, seringkali dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu, baik pandangan hingga kesehatan. Ada berbagai macam sampah yang antara lain berupa limbah padat maupun limbah cair. Apa yang dapat kita lakukan? Pertanyaan sederhana, namun memiliki jawaban yang sangat rumit, karena memiliki konsekuensi untuk merubah gaya hidup. 

Dari pola hidup boros sampah, menjadi gaya hidup ramah lingkungan. Untuk itu, langkah awal adalah mengenali berbagai jenis sampah di lingkungan kita. Kemudian mengklasifikasinya, mana yang masih bisa dipakai mana yang sudah habis pakai dan mana yang masih bisa diolah/didaur ulang. Secara sederhana sampah dalam rumah dapat kita bagi menjadi 3
kategori, yakni :
  1. Sampah beracun, seperti batere bekas, bola lampu bekas dan barang-barang yang mengandung zat kimia.
    2.      Sampah  padat yang tidak dapat diurai, seperti plastik, botol, kaleng, dsb
    3.     Barang-barang yang masih dapat diurai oleh tanah seperti sisa sayuran, daun-daun, dsb.
 
Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi produk baru. Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat diguankan  kembali. Contoh beberpa jenis limbah padat yang dapat didaur ulang adalah kertas, kaca,logam,plastik dan karet.
Kelemahan
Bahan-bahn yang dapat didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya sama atau produk jenis lain. Contohnya kertas biasa didaur ulang menjadi kertas kembali, dll
Meskipun daur ulang dangat bermanaat untuk menangani limbah padat, solusi ini masih memiliki kelemahan. Seperti halnya proses produksi lain. Proses daur ulang masih menyisakan polutan sebagai hasil sampingan/sisa proses daur ulang tersebut. Ditambah lagi untuk jenis  bahan tertentu proses daur ulang akan memakan biaya dibandngkan produksi dengan bahan mentah.Kendala utama dalam proses daur ulang adalah sulitnya memisahkan bahan-bahan yang akan didaur ulang dari sampah lain. Hal ini terjadi terutama di negara yang pembuangan sampahnya masih bercampur seperti indonesia.
Pada sebagian besar negara maju, penduduknya telah menerapkan pemisahan jenis sampah yang akan dibuang. Sampah sisa makanan yang mudah busuk, plastik, kertas dan logam, masing-masing disediakan tempat pembuangan yang terpisah, sehingga memudahkan proses daur ulang. Namun ada juga produk-produk tertentu yang memiliki kandungan berbagai bahan berbeda sehingga hampir tidak mungkin dipisahkan untuk didaur ulang. Misalnya, kemasan produk makanan yang tersusun atas lapisan kertas, plastik, dan alumunium, bahan yang tercampur seperti itu tidak dapat didaur ulang.
contoh gambar tempat Pemisahan jenis sampah yang sudah diterapkan diluar negeri
3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) sebagai cara menangani sampah ... 
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sampai sekarang masih menjadi cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah dengan berbagai permasalahannya. Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (PLTSa; Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Justru pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari. 3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
Melakukan 3R (Reuse Reduce Recycle) Setiap Hari. Mengelola sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja (setiap hari), di mana saja, dan tanpa biaya. Yang dibutuhkan hanya sedikit waktu dan kepedulian kita.
Berikut adalah kegiatan 3R (Reuse Reduce Recycle) yang dapat dilakukan di rumah, sekolah, kantor, ataupun di tempat-tempat umum lainnya.
Contoh kegiatan reuse sehari-hari:
  • Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.
  • Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.
  • Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
  • Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
  • Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
  • Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
Contoh kegiatan reduce sehari-hari:
  • Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
  • Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
  • Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali).
  • Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
  • Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
  • Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
  • Hindari membeli dan memakai barang-barang yang kurang perlu.
Contoh kegiatan recycle sehari-hari:
  • Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
  • Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
  • Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos.
  • Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang bermanfaat.
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sebenarnya sederhana dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja serta tidak membutuhkan biaya yang besar. Namun dari 3R yang sederhana ini bisa memberikan dampak yang signifikan bagi penanganan sampah yang sering menjadi permasalahan di sekitar kita. Ingin melihat dampaknya, langsung saja dicoba!
contoh cara membuat produk daur ulang :





Contoh produk hasil dari duar ulang lainnya :

 Rangkuman 
  1. Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi produk baru. Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat diguankan  kembali. Contoh beberpa jenis limbah padat yang dapat didaur ulang adalah kertas, kaca,logam,plastik dan karet. 
  2. memiliki kelemahan. Seperti halnya proses produksi lain. Proses daur ulang masih menyisakan polutan sebagai hasil sampingan/sisa proses daur ulang tersebut. Ditambha lagi untuk jenis  bahan tertentu proses daur ulang akan memakan biaya dibandngkan produksi dengan bahan mentah   
  3.  http://science-in-blog.blogspot.com/2012/05/penanganan-limbah-padat-part-4.html

SISTEM SANITARY LANDFILL

     Landfill adalah penimbunan sampah pada suatu lubang tanah, dan ini bukanlah metode yang berdiri sendiri. Karena dapat juga sistem campuran, yang disebabkan oleh air mengalir, menembus tempat ini, ketika air hujan berinfiltrasi ke permukaan landfill, dan ketika air ini mengalir keluar dari landfill akan membawa berbagai mineral dan zat organik dalam bentuk suspensi yang tak dapat dipisahkan.
Jumlah dari hasil saringan berhubungan dengan suhu dan sifat geologi tanah, maka aliran air akan cenderung berbentuk vertikal dan tak mempengaruhi sumber air tanah dan tidak akan menyebabkan polusi yang berasal dari landfill.

Leaching secara horizontal sampai pada titik celah kedap air dan menyebabkan terkontaminasinya air permukaan, sanitary landfill sebagai suatu tempat untuk pembuangan sampah padat tanah tanpa menimbulkan bahaya atau gangguan kesehatan dan keselamatan masyarakat.

A. Prosedur
Ada dua metode yaitu “area method” dan trench method”. Metode “trench” disebut sebagai metode pemotongan dan pengisian.
Sebuah trench (Parit) digali di bawah permukaan tanah dan sampah ditempatkan dalam parit dan ditutup. Cara lain yaitu dua buah parit digali sekaligus, sampah diisikan pada salah satu parit dan lumpur dari salah satu lubang galian digunakan sebagai material penutup.
Jika lokasi landfill yang direncanakan terletak di bawah tanjakan seperti lembah atau ngarai, metode “area” digunakan. Lokasi landfill lebih tinggi dari tempat lain yang ada disekitarnya, maka metode pengisian area landfill digunakan.

Area-Methode
Gambar Area Method

Trench-method
Gambar Trench Method

B.  Pemilihan letak dan struktur geologi
Suatu hal yang perlu dipertimbangkan suatu sanitary landfill adalah struktur geologi dan topografi serta permeabilitas dari tanah. Pertimbangan lain adalah kedalaman air tanah, lapisan tanah sampai lapisan batuan. Lokasi landfill akan menimbulkan efek yang merugikan bagi air permukaan dan air tanah yang terletak di bawah dasar landfill. Dalam keadaan demikian, maka tanah dapat diberikan beberapa renovasi untuk menghadapi leachate. Dengan cara demikian dapat ditingkatkan kualitasnya sebelum dipisahkan dengan air permukaan atau air tanah, aliran dari tanah ini dapat membentuk suatu materiil penutup. Sehingga dapat menciptakan suatu renovasi yang optimum menghadapi leachate.

Lokasi landfill harus dipilih secara teliti dari lokasi yang tersedia yaitu basah dan berlumpur dapat digunakan sebagai tempat yang baik dan cukup luas bagi santary landfill.
Ketika sebuah sanitary landfill ditempatkan pada area yang tersebar dekat dengan suplay air bersih, hal yang perlu diperhatikan adalah kedalaman dari tempat bebatuan dan air tanah.
Mekanisme dari formasi leachate tak diketahui secara pasti, penelitian terakhir yang dilakukan oleh Fungaroli dan Stuiner (1969). Bahwa leachate sebagian besar merupakan akibat dari sanitary landfill. Metode hidrologi menunjukkan dengan sedikit air hujan maka leachate akan terbentuk, maka sanitary landfill dipikirkan keberadaannya sebagai sumber polusi.

C. Peralatan untuk penimbunan limbah dan pengoperasiannya
Culham (1969), Stone dan Courad (1969) menyelidiki suatu jenis landfill yang lebih besar diperoleh suatu peralatan tambah untuk mengerjakan hal-hal tertentu, alat pengikis yang cepat untuk mengangkut dan menyingkirkan material yang menutupinya, sebuah alat penyiram pengontrol/debu, jenis peralatan tanah yang langsung dioperasikan, traktor, bulldozer.
Sanitary landfill mempunyai potensi untuk dimanfaatkan tanah-tanah yang sebelumnya tidak dapat dipakai. Sehingga besar dimanfaatkan kembali, sehingga menambah nilai ekonomis.

D. Aktifitas biologi
Dari sisi kehidupan sebuah sanitary landfill akan mengalami, proses dekomposisi, secara aerob maupun anaerob ketika pertama kali material diletakkan dalam pengisian, maka proses dekomposisi mengarah pada peristiwa aerob, ketika komponen oksigen dikonsumsi, maka landfill dianggap mengalami kondisi anaerob, lamanya tergantung pada suhu dan oksigen yang tersedia. Periode dekomposisi aerob lebih cepat dibanding dengan periode anaerob dalam proses ini.

drainase

Hasil yang diperoleh dari dekomposisi aerob adalah asam dan alkohol, yang dikonsumsi oleh mikroorganisme yang akan menghasilkan methana dan karbon dioksida. Gas methana menyebabkan kondisi gas masuk ke rumah. Fist (1967) melaporkan konsentrasi ledakan dalam penelitiannya gas lain yang diproduksi secara anaerob adalah hidrogen sulfida yang berbau busuk dan mudah meledak.
Untuk itu pada system Sanitary Landfill terdapat pipa-pipa yang akan menyalurkan Gas Metana yang terbentuk ke udara bebas agar menghindari menumpuknya Gas Metana di dalam timbunan yang akan menyebabkan terjadinya ledakan sewaktu-waktu.

http://www.ilmusipil.com/sistem-sanitary-landfill

Proses Penanganan Limbah Padat

  
Proses Penanganan Limbah Padat yang kedua adalah dengan cara INSINERASI/PEMBAKARAN
 

Pembakaran sampah dengan menggunakan incenerator adalah salah satu cara pengolahan sampah padat. 
Didalam incenerator, sampah dibakar secara terkendali dan berubah menjadi gas (asap) dan abu. Dalam proses pembuangan sampah, cara ini bukan merupakan proses akhir. Abu dan gas yang dihasilkan masih memerlukan penanganan lebih lanjut untuk dibersihkan dari zat-zat pencemar yang terbawa, sehingga cara ini masih merupakan intermediate treatment (Sidik et al.,1985).


Salah satu kelebihan incenerator menurut Salvato (1982) adalah dapat mencegah pencemaran udara dengan syarat incenerator harus beroperasi secara berkesinambungan selama enam atau tujuh hari dalam seminggu dengan kondisi temperatur yang dikontrol dengan baik dan adanya alat pengendali polusi udara hingga mencapai tingkat efisiensi, serta mencegah terjadinya pencemaran udara dan bau.
Kelebihan incenerator sebagai alat pengolah sampah juga dikemukakan oleh Sidik et al.(1985), yaitu meskipun incenerator masih belum sempurna sebagai sarana pembuangan sampah, akan tetapi terdapat beberapa keuntungan sebagai berikut :

1.   Terjadi pengurangan volume sampah yang cukup besar, sekitar 75% hingga 80% dari sampah awal yang datang tanpa proses pemisahan.
2.      Sisa pembakaran yang berupa abu cukup kering dan bebas dari pembusukan
3.      Pada instalasi yang cukup besar kapasitasnya (lebih besar dari 300 ton/hari) dapat dilengkapi dengan peralatan pembangkit listrik
Menurut Sidik et al. (1985), sistem incenerator pada dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu :
·      Sistem pembakaran berkesinambungan. Sistem ini menggunakan gerakan mekanisasi dan otomatisasi dalam kesinambungan pengumpanan sampah ke dalam ruang bakar (tungku) dan pembuangan sisa pembakaran. Sistem ini umumnya dilengkapi fasilitas pengendali pembersih sisa pembakaran untuk membersihkan abu dan gas. Sistem ini dapat digunakan untuk instalasi dengan kapasitas besar (lebih besar dari 100 ton/hari) dan beroperasi selama 24 jam atau 16 jam per hari.

·         Sistem pembakaran terputus. Sistem ini umumnya sederhana dan mudah dioperasikan. Digunakan untuk kapasitas kecil (kurang dari 100 ton/hari). Biasanya beroperasi kurang dari 8 jam per hari. Cara kerjanya terputus-putus dalam arti bila sampah yang sudah dibakar menjadi abu, maka untuk pembakaran berikutnya abu tersebut harus dikeluarkan lebih dahulu. Setelah bersih, baru dapat dilakukan pembakaran sampah selanjutnya. Proses yang terdapat pada incenerator pada dasarnya terdiri atas enam tahap, yaitu : 1) proses pembakaran; 2) proses pengolahan abu; 3) proses pendinginan gas; 4) proses pengolahan gas; 5) proses pengolahan air kotor; dan 6) proses pemanfaatan panas (Sidik,et al., 1985).  Proses tersebut menunjukkan bahwa pengolahan sampah dengan incenerator dilakukan dengan memperhatikan aspek keamanan terhadap lingkungan.
Sampah memang menjadi masalah di kota – besar di seluruh dunia. Khususnya di indonesia seperti menumpuknya sampah dijalan – jalan protokol kota bandung. Belum lagi konflik antara pemerintah dengan warga masyarakat yang lokasinya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA).
Di negara negara maju seperti Denmark, Swis, Amerika dan Prancis. Mereka telah memaksimalkan proses pengolahan sampah. Tidak hanya mengatasi bau busuk saja tapi sudah merobah sampah – sampah ini menjadi energi listrik. Khusus di Denmark 54 % sampah di robah menjadi energi listrik.


Teknologi pengolahan sampah ini untuk menjadi energi listrik pada prinsinya sangat sederhana sekali yaitu:

·         Sampah di bakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi thermal)
·         Panas dari hasil pembakaran dimanfaatkan untuk merubah air menjadi uap dengan bantuan boiler
·         Uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin
·         Turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros
·         Generator menghasilkan listrik dan listrik dialirkan kerumah – rumah atau ke pabrik.



Rangkuman  



Pembakaran sampah dengan menggunakan incenerator adalah salah satu cara pengolahan sampah padat yang dapat digunakan.Didalam incenerator, sampah dibakar secara terkendali dan berubah menjadi gas (asap) dan abu.
Kelebihan incenerator sebagai alat pengolah sampah juga dikemukakan oleh Sidik et al.(1985), yaitu meskipun incenerator masih belum sempurna sebagai sarana pembuangan sampah, akan tetapi terdapat beberapa keuntungan sebagai berikut :
1.      Terjadi pengurangan volume sampah yang cukup besar, sekitar 75% hingga 80% dari sampah awal yang datang tanpa proses pemisahan.
2.      Sisa pembakaran yang berupa abu cukup kering dan bebas dari pembusukan
3.      Pada instalasi yang cukup besar kapasitasnya (lebih besar dari 300 ton/hari) dapat dilengkapi dengan peralatan pembangkit listrik




Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger news

Blogger templates