SUKU
PAMONA
Assalamu’alaikum……..
Suku Pamona,
atau yang sering juga disebut suku Poso
atau orang poso. Mendiami hampir seluruh wilayah kabupaten Poso,
sebagian wilayah Kabupaten Tojo Una-Una, dan sebagian wilayah Kabupaten
Morowali. Bahkan provinsi Sulawesi Selatan yakni di wilayah Luwu Timur.
Ditinggali
oleh suku pamona nenek Moyang Suku Pamona Itu sendiri berasal dari dataran
Salu Moge (luwu Timur). Karena berada di atas gunung yang jauh dari pusat
pemerintahan mereka di turunkan oleh Macoa Bawalipu mendekati pusat
pemerintahan yaitu di sekitaran wilayah Mangkutana (luwu Timur). Hingga
terjadinya pemberontakan DI/TII mereka menyebar sampai ke sulawesi tengah dan
daerah lainnya.
Jika
di suatu daerah terdapat suku Pamona, biasanya selalu ada Rukun Poso, yaitu
wadah perkumpulan orang-orang sesuku untuk melakukan sesuatu kegiatan di daerah
tersebut. Agama yang dianutnya
hampir seluruhnya adalah Kristen .
Agama Kristen masuk daerah sekitar 100 tahun yang lalu dan sampai sekarang
diterima sebagai agama rakyat. Sekarang semua gereja-gereja yang sealiran
dengan gereja ini bernaung dibawah naungan organisasi Gereja
Kristen Sulawesi Tengah (GKST)
yang berpusat di Tentena, kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Sebagian
besar masyarakat sehari-hari menggunakan bahasa Pamona (Bare'e) dan bahasa Indonesia dengan
gaya bahasa setempat. Mereka berprofesi sebagai petani, pegawai negeri, pendeta, wiraswasta,
dan lain-lain.
Bahasa
Bahasa yang digunakan suku pamona adalah bahasa
pamona. Struktur Bahasa Pamona cukup unik, jika ditinjau dari ragam asal suku
kata. Suatu kata asal tersebut dapat mempunyai banyak arti ketika kata itu
sendiri ditambahkan awalan, akhiran, sisipan ataupun imbuhan.
Contoh asal suku kata yang berubah arti setelah
ditambah awalan, akhiran atau imbuhan dan membentuk beragam arti contoh: asal
kata (dasar) ja'a = jahat;maja'a = rusak, jahat; kaja'a = kejahatan ;
ja'andaya = kemarahan.
Bahasa Pamona yang unik tersebut beberapa frasa
suku katanya seperti hanya dipelintir, dan timbullah arti kata yang berbeda
contoh : mekaju (mencari kayu bakar) mokuja (sedang berbuat apa?) makuja
(bertanya mengenai gender bayi yang baru lahir) mokijo ( bunyi)
Seni tari
Tarian Dero, atau madero
merupakan tarian populer di kalangan Suku Pamona. Tarian ini diadakan pada
pesta-pesta rakyat. Biasanya ditarikan oleh orang-orang muda. Tarian melingkar
dilakukan dengan saling bergandengan tangan, sambil berbalas pantun diringi
musik ceria.
Beberapa daerah di Palu melarang kegiatan tarian
dero atau madero karena sering menjadi pemicu perkelahian antar pemuda yang
saling berebut perhatian gadis-gadis.
Tarian
dero, dibedakan atas 3 macam gerakan menurut iramanya lenggang dan langkah
kaki, yakni :
1. Ende ntonggola, (langkah kaki kekanan 2 langkah,
selangkah ke belakang dan seterusnya berulang. Ditarikan saat menyambut bulan
purnama, dimana waktu mulai persiapan lahan menunggu waktu bercocok. Waktu
bercocok tanam adalah saat bulan mulai gelap.
2. Ende ngkoyoe (ende ntoroli) yaitu dua langkah kekanan
dan selangkah kekiri. Ditarikan saat mengantar panen atau perayaan hari besar
atau pesta.
3. Ende ada (adat) untuk penyambutan hari-hari adat atau
perayaan, langkahnya sama dengan ende ntoroli, tetapi tangan tidak
bergandengan/ berpegangan.
Daftar Pustaka :